Oleh Rachmadi
Mahasiswa S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Mengkonsumsi buah dengan memakannya langsung adalah hal yang
tidak asing lagi bagi setiap orang, mulai dari anak kecil hingga dewasa pernah
melakukannya. Tetapi mengkonsumsi buah dengan cara lain seperti dijus,
terkadang membuat sebagian orang menjadi malas untuk melakukannya, karena butuh
proses lagi dalam membuat jus. Pernahkah kamu menemui pedagang jus di pinggiran
jalan? Yang penulis maksud adalah pedagang yang menawarkan jusnya dengan harga
yang sangat terjangkau. Hanya dengan Rp 5.000,- saja kamu dapat merasakan
kenikmatan jus yang kaya manfaat dan
sehat bagi tubuh. Mungkin ini bisa menjadi solusi bagi manusia yang malas bikin
jus sendiri di rumah karena alasan merepotkan.
Pada suatu sore yang cerah, penulis baru saja menyelesaikan
mata kuliah di kampus. Ketika di perjalanan pulang menuju rumah kos, penulis
mendapati sekumpulan anak muda yang tengah berjualan . Dari kejauhan nampak tulisan
‘Jus 5000’ di gerobak mereka. Hingga hati
pun seolah terpikat akan harga yang begitu bersahabat dengan kondisi dompet
saat itu. Lalu penulis memutuskan berhenti kemudian memarkirkan kendaraan di
tempat yang aman. Ternyata harga satu cup jus memang benar Rp 5000,- dan jus
wortel pun menjadi pilihan. Setelah mendapatkan jus yang dipesan dan
membayarnya, lalu penulis pun meninggalkan tempat tersebut untuk kembali
melanjutkan perjalanan pulang. Setibanya di kos, dengan tidak sabar penulis
langsung menyeruput jus wortel yang baik untuk kesehatan mata itu. Terasa
begitu segar dan nikmat hingga membuat semangat yang telah habis terkuras oleh
padatnya kegiatan kuliah kembali terisi.
Dengan diitemani jus wortel, penulis coba membuka kembali
beberapa catatan yang didapat ketika kuliah sore itu. Di setiap lembarannya,
buku ini dipenuhi dengan coretan-coretan penuh arti. Membuka pikiran akan dunia
yang begitu kejam. Tidak peduli rakyat miskin atau kaya semua dihadapkan dengan
tantangan zaman yang tak pelak membuat setiap orang harus membekali diri dengan
sejumlah persiapan guna menyongsong masa yang akan datang.
Hal tersebut membuat penulis terbayang betapa beratnya jalan
yang akan dilalui dalam beberapa tahun ke depan. Bukan lagi persaingan dalam
ruang kelas, namun atmosfer perebutan tempat di kursi jabatan akan segera
dirasakan. Dunia kerja. Seolah membuat siapa saja yang ingin mendapatkannya
dituntut untuk berusaha sekuat mungkin, jika tidak ingin menjadi pengangguran
yang tersertifikasi (mahasiswa nganggur). Semakin dalam berfikir, tetapi belum
juga menemukan jawaban dari persoalan. Tak terasa jus wortel pun sampai pada
seruputan terakhir kedalam kerongkongan.
Keesokan harinya penulis kembali singgah di kedai jus yang
sama untuk menghilangkan rasa haus dan letih. Hari ini jus yang diinginkan
adalah jus mangga, karena rasanya yang unik, manis dan asam menyatu dengan
begitu serasi. Kemudian perhatian penulis tertuju kepada si penjual jus yang ternyata
adalah pendatang dari Kabupaten yang sama dengan penulis yaitu dari Aceh
Selatan. Selidik punya selidik, ternyata sekumpulan anak muda ini merantau ke
Banda Aceh dengan misi untuk mengubah kondisi finansialnya agar menjadi lebih
baik.
Berasal dari keluarga yang bukan orang kaya membuat mereka
termotivasi untuk menjadi kaya. “Kalau sudah kaya tidak usah pengen kaya
lagi, kalau belum kaya masih bisa bermimpi jadi orang kaya”. Mungkin
itulah yang difikirkan saat ini. Mereka
selalu berusaha maksimal dalam menjalankan bisnisnya. Konsistensi terhadap
impian menjadi prioritas. Tak peduli malu atau gengsi bahkan lelah pun mereka
ubah menjadi “Lillah (karena Allah)”. Dengan anggota yang lebih dari dua
orang, maka mereka pun dapat membagi jadwal untuk jaga kedai sesuai dengan
waktu yang disepakati. Setiap harinya para anak muda ini menyediakan berbagai
macam jus yang sangat baik untuk kesehatan, karena kebutuhan tubuh manusia akan
vitamin merupakan kebutuhan yang paling penting dalam menyeimbangi
komponen-komponen lain yang masuk ke dalam tubuh. Kekurangan vitamin dapat
memicu terjadinya gangguan pada kesehatan. Misalnya kekurangan vitamin C
seseorang dapat terserang flu, panas dalam dan melemahnya imunitas tubuh. Oleh
karena itu dengan mengkonsumsi minimal satu hari satu jenis buah akan dapat
mengurang resiko terkena penyakit.
Dalam menjalankan bisnis jusnya, para anak muda ini tak gentar
akan adanya ancaman yang sering kali menjadi momok menakutkan bagi setiap
wirausahawan muda yang ingin memulai usahanya. Bagi mereka kuncinya adalah
melakukan inovasi dan memberikan good service kepada setiap pelanggannya
agar menumbuhkan loyalitas pembeli terhadap mereka. Upaya untuk menjaga
kebersihan juga selalu diutamakan sehingga membuat pembeli merasa nyaman pada
saat berada di kedai mereka. Alhasil, setiap hari kedai mereka dipenuhi oleh
kumpulan manusia yang menjadi pembeli. Entah karena rasa jusnya yang enak
ataukah penjualnya yang ganteng-ganteng seperti anggota boyband.
Sedikit banyaknya penulis mendapat pelajaran dari pedagang
jus buah ini. Ilmu manajemen yang dipelajari dari berbagai referensi dan
pemateri seperti telah diaplikasikan dalam usaha mereka. Bagaimana cara mereka
membagi porsi tugas masing-masing, bagaimana mereka menjaga loyalitas
pelangggannya, dan yang paling penting adalah bagaimana semangat mereka dalam
berwirausaha.