Oleh Lina Zulaini
Uroe (hari) meugang atau
pun makmeugang merupakan tradisi orang Aceh yang diwariskan oleh para leluhur
terdahulu. Dalam setahun, hari meugang di Aceh berlangsung sebanyak tiga kali,
yaitu meugang puasa, meugang uroe raya puasa (menjelang hari raya idul fitri),
dan yang terakhir meugang uroe raya haji (menjelang hari raya idul adha).
Uroe
meugang atau pun makmeugang pertama kali dimula kan oleh seorang raja Aceh yang
sangat termasyhur yaitu Sultan Iskandar Muda.
Uroe
meugang ialah adat dimana masyarakat Aceh memakan daging sapi atau kerbau. Bagi
masyarakat Aceh menyambut bulan suci ramadhan atau hari raya tanpa perayaan
meugang merupakan suatu kehambaran. Meskipun bukan satu kewajiban untuk
melaksanakan uroe meugang, namun sudah menjadi keharusan pada hari tersebut
untuk memakan daging sapi atau kerbau. Sehingga akan jarang dijumpai orang Aceh
yang tidak memakan daging.
Uroe
meugang juga merupakan tempat berkumpul sanak saudara. Jika ada keluarga yang
merantau dan berada jauh dari kampong halaman, maka dihari meuganglah mereka
akan pulang dan saling melepas rindu. Tidak terbayang jika masih ada keluarga
yang tak bisa pulang dihari meugang, tentunya air mata ibu akan menetes.
Uroe
meugang biasanya seorang ibu akan menananti kepulangan san anak dari
perantauan, baik itu yang masih menuntut ilmu atau bekerja. ‘Mak’ (ibu dalam
sebutan bahasa Aceh) akan memasak masakan kesukaan sang buah hati yang dalam
perantauan dan melarang anggota keluarga lain untuk menyicipinya. Sehingga jika
anak tak kunjung datang, sang ‘Mak’ akan tetap menyimpan masakan hingga anaknya
tiba serta ‘Mak’ akan meneteskan air mata.
Biasanya,
pada uroe meugang dipagi hari seorang ayah akan bangun sangat subuh dan mulai
mengayuh sepeda mencapai pasar dan membeli sepotong daging untuk keluarganya,
terutama membeli hati untuk putra putrinya. Sang ayah akan berusaha lebih cepat
sampai di pasar agar daging yang dibeli masih segar dan membawa pulang untuk
dimasak.
Jadi,
uroe meugang adalah hari tempat berkumpulnya semua anggota keluarga yang selama
ini merantau dan pulang melepas rindu. ‘Mak’ adalah orang pertama yang akan
menyimpan masakan kesukaan anak-anaknya dari perantauan dan mengharap besar
agar putra putrinya tiba.