Oleh Gusvia Rahmi
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah guidance and counselling dalam bahasa Inggris. Kata “guidance” berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu” (Hallen 2005:2). Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan diartikan bimbingan.
Menurut Shertzer dan Stone, mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Menurut Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian, bimbingan Konseling (BK) merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan di sekolah. Banyak sekali orangtua dan masyarakat yang belum mengetahui dan memahami Bk di sekolah, sehingga salah kaprah. Banyak anggapan yang ditujukan terhadap BK di sekolah. Mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan BK sebagai tempat menyelesaikan masalah, tempat pemberian hukuman. Ada pula yang menganggap bahwa BK merupakan tempat yang menyeramkan dan menakutkan, karena guru BKnya galak, garang, sadis, bahkan jadi tukang cukur di sekolah. Sehingga hal tersebut menimbulkan kesan bahwa guru BK adalah polisi, Satpam atau Satpol PPnya sekolah.
Persepsi demikian ikut berpengaruh pula terhadap persepsi orang tua. Misalnya, seringkali orang tua melarang anak-anaknya untuk memilih program studi ini, karena dianggap tidak mempunyai masa depan. Ketidakpopuleran ini juga muncul disebabkan orang yang masih menyamakan antara guru BK dengan guru pada umunya. Mereka menganggap jika sudah ada guru sebagai pengajar, untuk apalagi adanya guru BK. Padahal peran guru BK berbeda dengan guru mata pelajaran, namun yang tidak banyak diketahui masyarakat bahwa konsep pendidikan bukan saja berbicara tentang mengajar. Konsep pendidikan juga bagaimana membangun karakter siswa.
Di Indonesia, Guru BK biasanya dijumpai di SMA dan sederajat, karena memang pada masa inilah, siswa rentan terhadap masalah. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman banyak juga SMP dan SD yang sudah menggunakan guru BK sebagai posisi yang penting. Sekarang ini, guru BK sangatlah dibutuhkan di berbagai jenjang pendidikan. Jumlah satu sekolah saja seringkali membutuhkan lebih dari 2 guru, terkadang bahkan mencapai lebih dari 5 guru karena memang kebutuhan di sekolah yang semakin banyak. Oleh karena itu, lulusan BK sangatlah dibutuhkan di bidang pendidikan ini. Apa lagi di era new normal yang sedang kita hadapi.
Lulusan BK perlu ikut aktif mengubah persepsi buruk orangtua dan masyarakat terhadap prodi BK. Hal ini penting mengingat usia remaja yang masih labil, diikuti perubahan zaman yang terus menggerus budi pekerti remaja, sehingga remaja yang memiliki berbagai masalah dan keunikan bisa dibantu oleh guru BK. Harus difahami bahwa tidak sembarangan guru bisa mengatasi hal yang dihadapi para siswa di era yang semakin maju ini.
Jadi perubahan zaman dan kebutuhan akan guru BK itu sangat berbeda dengan kebutuhan akan guru BK pada masa sebelum ini. Oleh sebab itu, para lulusan prodi BK yang telah menempuh pendidikan di jurusan ini, harus mempu mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Lulusan BK yang selama menjadi mahawiswa BK, banyak belajar soal BK yang berorientasi ke masa depan, ia akan banyak mengerti apa sebenarnya kebutuhan setiap individu tersebut. Oleh sebab itu, ia akan melakukan pendekatan dengan para siswanya yang memiliki masalah untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.
Tak dapat dipungkiri bahwa jelas sekali akan pentingnya lulusan BK akan sangat dibutuhkan di sekolah-sekolah untuk dapat membimbing dan membangun karakter siswa yang berbudi pekerti mulia, sesuai dengan syariat. Karena tidak sembarangan lulusan yang bisa menggantikan peran guru BK, sebelum diterjunkan ke dunia kerja, terlebih dahulu guru BK diberi pelatihan tentang prinsip dan teknik-teknik khusus mengenai konseling. Semua ini tidak hanya dipelajari di dalam perkuliahan bimbingan dan konseling, tetapi juga di luar rutinitas kuliah.