Oleh Luluk Bariroh
Aku adalah bukan diriku,
di mana waktu telah
kupersembahkan kepada
kertas yang mampu menukar
dahaga, termasuk kebanyakan
orang rela melakukan itu
Ketika burung berkicau
perlahan cahaya
silaukan penglihatan
saat mimpi jelas tergambar
atau selimut makin tebal,
namun perlahan semua
musti ditepiskan
Memasuki gerbang kedua kaki
bagai terpaku di bumi,
lalu melihat wajah-wajah
arogan sedingin batu,
mesin pekerja di sebidang
gedung menjulang,
juga tumpukan berkas
di atas meja
Aku terperangkap di antara
kurcaci tak berperasaan
atau kenapa diri ini betah
enggan meneriakkan lengking
suara di sekumpulan
telinga paling bebal
Ingin aku berontak
di merah wajahku pada
sekeliling itu agar terlepas
dari sekapan
Kemilau senja di ufuk barat
menerobos jendelan kaca
sebagai tanda jemu
telah usai, namun aku
terjebak di jalan
menuju pulang
Di pintu rumah metropolitan
pengucap bergumam,
Entah sampai kapan
Semarang, 12 September 2020
LULU B, seorang pendidik di sebuah Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Semarang. Sangat mencintai dunia literasi. Menulis menjadi kegiatannya di sela kesibukannya. Beberapa novel telah diterbitkan, juga antologi cerpen dan puisi bersama penulis lain.