Menu
  • Home
  • Potret Utama
  • Bidik
  • Bingkai
  • Potret Remaja
  • Sorotan
  • Sastra
  • Anak Cerdas
  • Others
    • Bingkai Utama
    • Diafragma
    • Jalan-jalan
    • Kuliner
    • Lensa
    • Sosok
    • Resensi
Potret Online

PROGRAM 1000 SEPEDA DAN KURSI RODA

PROGRAM 1000 SEPEDA DAN KURSI RODA
POTRET GALLERY
Home Artikel Essay Filsafat Realitas Itu Bukan Kondisional Sebagai Obat

Realitas Itu Bukan Kondisional Sebagai Obat

  • Share
  • Share
Artikel, Essay, Filsafat,
Rate this posting:
{[["☆","★"]]}
>


Oleh Fajar
Alumnus Pendidikan Sejarah, FKIP, USK Banda Aceh

Roky baru bilang kitab suci fiksi keluarga Fir'aun pada kepanasan. Kita tunggu keluarga Balaam dan Qarun. Apakah mereka mengambil bagian juga dalam kesempatan hidup yang tidak sebesar sayap nyamuk, bahkan miris jika otak tidak digunakan kenapa Namrud mati dengan seekor nyamuk.

Mereka yang tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, maka sama sulitnya untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan (hukum silogisme). Sesulit dan se-samar apapun yang terjadi hari ini adalah :"harapan" untuk mempersiapkan akan hari esok.

Lantas apa yang disandiwarakan oleh realita itu sebagian manusia hanya terpaku pada hal-hal yang tidak tercerahkan. Ketika terbangun, hidup di dunia yang keliru. Ketidakmampuan akan dirinya untuk menyingkapi realita perubahan (semiotik), percaya bahwa orang lain bisa mengatasinya. Hal-hal yang seperti ini adalah kebiasaan yang buruk di antara yang terburuk, ini tidak layak untuk dikatakan agama (eksistensialisme fundamental)

Jadilah cermin yang memantulkan cahaya untuk realita, bukan membelakanginya (metafora). Manusia adalah bentuk kejadiannya yang telah disempurnakan, diciptakan memiliki potensi untuk menciptakan apa yang sudah terciptakan. Kekeliruan ini terjadi bilamana sesuatu yang telah terciptakan itu diciptakan oleh manusia sebagai sesembahannya. Obat untuk menyembuhkan penyakit ini tidak bisa dibarterkan, dia ada dalam setiap umat manusia, kaum sufisme menyebutkan "cinta", temui-lah itu di dalam syari'at, tarekat, hakikat, ma'rifat.

Ketika engkau telah menempuh jalan itu (cinta), jangan beri ia nama, karena itu hanya membatasinya, sesuatu yang tidak terbatas tidak mungkin dibatasi dengan nama. Syari'at, dan tarikan hanyalah suatu kendaraan, sebagaimana amsal-amsal dari Farrirudin Attar. Bagi Attar, beragama berarti melakukan perjalanan. Agama itu seperti kuda. Kuda yang semestinya sebagai kendaraan dipergunakan untuk menempuh perjalanan menuju titik tujuan tertentu. Namun sayangnya banyak pengendara kuda  yang melupakan tujuan dan menganggap bahwa menaiki kuda  adalah tujuan nya. 

Dan jika kita merujuk pada amsal Ibn Thufail: "manusia memiliki potensi yang amat mengagumkan untuk tumbuh dan mengembangkan kualitas akalnya. Itu akan terjadi bila potensi akalnya diasah secara tajam, ia akan mengantarkan seseorang menjadi filosof maupun sufi". adapun jika kita merujuk pada amsal dasar manusia yang binatang-pun memilikinya adalah:"manusia makhluk yang memiliki insting untuk membela, anda dan saya sama-sama tidak suka menjadi subjek yang dicela, entah kita berhak untuk mendapatkannya atau tidak (Dale Carnege).

Dengan demikian manusia perlu dipahami secara mendalam. Secara pribadi, dalam proses berpikir dan berperilaku, orang mencoba untuk memecahkan masalah dikotomi tersebut. Upaya ini dapat dilihat dalam bentuk karakter dan orientasi yang diinginkan. Situasi konflik manusia dengan sikap fundamentalnya. Erich Fromm memecahkan masalah yang relevan dengan membuat konsep memilih untuk 'menjadi' atau 'memiliki'. Menurut saran dari Erich Fromm dengan memiliki karakter menjadi, individu umat manusia tidak mengalami penderitaan sebagaimana olang-olang yang memilih untuk memiliki. Keistimewaan menjadi ini persis seperti syairnya Rumi.

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk, maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan; " karena Tuhan, dengan rahmat-Nya akan tetap menerima mata uang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayolah datang, dan datanglah lagi!

Sebab Tuhan telah berfirman: “Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku, karena Aku-lah jalan itu.”

#Jalaluddin Rumi
(Puisi diambil dari “Suluk” Herry Mardian).

Ketidakmampuan umat manusia era sains teknologi global, menjadi cermin yang memantulkan cahaya. Erich Fromm menganalisis situasi masyarakat modern yang bekerja mengikuti dua prinsip utama.

Pertama, bila sesuatu itu dimungkinkan secara teknis, itu akan dikerjakan. Prinsip ini menunjukkan ketidakwarasan umat manusia pada nilai-nilai yang luhur, yang mengakibatkan bila nuklir itu dapat diciptakan secara teknis maka nuklir itu pun diciptakan tidak peduli meskipun dapat memusnahkan umat manusia.

Kedua, apa yang menghasilkan peningkatan efisiensi dan produksi itulah yang harus dikerjakan. Prinsip ini mengenai produksi. Adapun produksi yang dijalankan oleh masyarakat modern adalah:" lebih banyak lebih baik". Ketika prinsip ini diamalkan dalam kehidupan umat manusia, kuantitas menjadi standar utama, dengan mengabaikan kualitas dan ini dapat kita rasakan realita baik itu dalam urusan politik, ekonomi, bahkan agama sekalipun tidak tertutup kemungkinan kuantitas adalah standar utama masyarakat modern, dengan demikian tidak mengherankan jika seseorang mendatangi ahli bukan karena keahlian seseorang, tetapi karena banyak orang yang mendatanginya.

Dalam kondisi yang demikian rumitnya kehidupan ini, yang sesak akan penderitaan yang dipenuhi dengan berbagai tipu daya, tawaran iklan-iklan yang sejatinya bukan kita inginkan melainkan karena lagi ngetrend, ada baiknya kita memperkuat pondasi keimanan dengan tidak mengabaikan makna filosofisnya. Dalam hal ini, Saia mengutip sintesa dari Ibn Zamanihi kata beliau:"manusia yang terbelenggu waktu, manusia yang bebas sebebas-bebasnya, manusia yang mawas yang sadar akan tanda-tanda. Sesamar apapun tanda itu, bahkan gelap sekalipun kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan di masa depan". Ini adalah harapan disertai dengan keyakinan yang teguh atau konsisten yang ada tempat bersandarnya yang sudah lengkap dan sempurna dipercayai umat manusia terdahulu hingga sekarang, yaitu : "keimanan"




advertise here
potretonline.com 15.17
Next article Next Post
Previous article Previous Post

Click to comment
‹ Newer Post Older Post › Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

POTRET Gallery

POTRET Gallery
Belanja Barang UNIK

Entri Populer

  • EMPAT CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH SWT
    Foto : dok.Pribadi Oleh   Hendra Gunawan, MA Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padang Sidimpuan, Sumatera Utara All...
  • DUTA WISATA BIREUN BERWISATA ARUNG JERAM DI KRUENG PEUSANGAN
    Bireun, Potretonline.com. Rabu (24/7/19) Duta Wisata Kabupaten Bireuen 2019 didampingi Rizal Fahmi selaku Ketua Ikatan Duta Wisata...
  • Bangunlah Pemahaman dan Empati Terhadap Kaum Disabilitas
    Oleh Tabrani Yunis   Disabilitas, difabel adalah dua sebutan yang semakin sering kita dengar, baca dan masuk dalam ingatan kita sebagai peng...
  • Lekang Oleh Waktu
    Oleh : Nsyah Seperti merajut dalam benang  berenang dalam ketepian Seperti larut dalam kesenangan terselip berbagai kenangan  ...
  • Tangis Bahagia Hadisah Kala Menerima Bantuan Satu Unit Sepeda
    Hari ini, Kamis 25 Februari 2021, Edya Hanum, guru bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Abdya yang berada di kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya m...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pusat Mainan Edukasi di Banda Aceh

Pusat Mainan Edukasi di Banda Aceh
Lebih Lengkap dan Lebih Murah

Majalah Anak Cerdas Online

Majalah Anak Cerdas Online
POTRET
 

Postingan Populer

  • Bangunlah Pemahaman dan Empati Terhadap Kaum Disabilitas
    Oleh Tabrani Yunis   Disabilitas, difabel adalah dua sebutan yang semakin sering kita dengar, baca dan masuk dalam ingatan kita sebagai peng...
  • Tangis Bahagia Hadisah Kala Menerima Bantuan Satu Unit Sepeda
    Hari ini, Kamis 25 Februari 2021, Edya Hanum, guru bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Abdya yang berada di kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya m...
  • WH Kota Banda Aceh Imbau Pemilik Warung tak Layani Pembeli Saat Waktu Shalat Jumat
    Banda Aceh – Potretonline.com, 25/02/21 Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (Satpol PP WH) Kota Banda Aceh meminta para pemilik ...
  • Belajar Menjadi Guru Super Yang Menghibur
    Oleh Tabrani Yunis   Teaching is an art, begitu ungkapan yang pernah saya baca dari sebuah buku yang saya sendirisudah lupa. Karena mengaja...
  • Gampong Merduati Lakukan Pelatihan Pembinaan Lembaga Kemasyarakat Adat Perkawinan
    Banda Aceh - potretonline.com, 25/02/21 Gampong (Desa) Meurduati menyelenggarakan Pelatihan Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Adat Perkawina...
  • ASN Pemkab Abdya Serahkan Donasi Gempa Sulbar Melalui ACT – MRI Abdya
      Banda Aceh  - Potretonline.com,26/02/21. Aparatur Sipil Negara (ASN) Aceh Barat Daya sumbang uang sebesar Rp. 54.879.000,- kepada para pen...
  • Edukasi Kopi: Tak Sekadar Menyeruput Kopi
    Oleh Tabrani Yunis Usai membantu melayani pelanggan yang berbelanja di POTRET Gallery di jalan Prof Ali Hasyimi, Banda Aceh, muncul keingina...
  • KOPI DAPAT MENYATUKAN PERBEDAAN
    Oleh Dedi Ikhwani, S.P. Tenaga Pengajar Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis, Unsyiah Praktisi Kopi di Bener Meriah Ayo ngopi..! M...
  • EMPAT CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH SWT
    Foto : dok.Pribadi Oleh   Hendra Gunawan, MA Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padang Sidimpuan, Sumatera Utara All...
  • PGRI Bener Meriah Sukses Laksanakan Bimtek PPPK
    REDELONG, Potretonline.com,28/02/21. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Bener Meriah sukses melaksanakan Bimbingan Teknis (B...
  • About
  • Contact
  • Privacy
Copyright © 2020 Potret Online. Template by Themeindie.com, All Rights Reserved.